Pages

Wednesday, March 6, 2013

Negeri Para Bedebah


Judul Buku: Negeri Para Bedebah
Penulis: Tere Liye
Halaman: 440
Tahun Terbit: 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Kesan pertama melihat cover-nya, hmm apa itu hidung pinokio dan serigala berbulu domba? Tentang apa sebenarnya buku ini? Terus akhirnya melihat-lihat Daftar Isi-nya. Dari judul-judul babnya, "Pertempuran", "Racun", "Krisis Dunia".. oh ternyata memang bukan kisah cinta, lebih jantan dan banyak action-nya. Tumben-tumbenan ada yang seperti ini, berbeda dari kisah Tere Liye *yang aku tahu* sebelumnya, akhirnya terbelilah bukunya.

Membaca buku ini seperti menonton film action saja, seru bukan main. Dan juga, jadinya teringat dengan peristiwa beberapa tahun yang lalu dimana salah satu bank di Indonesia hampir ditutup.

Buku ini berkisah tentang seorang konsultan keuangan profesional bernama Thomas.

Thomas sudah terkenal di kancah internasional, ia sering menjadi pembicara dalam konferensi ekonomi antar bangsa. Semua berjalan lancar seperti biasa, sampai ia didatangi kenalannya pagi-pagi buta yang mengabarkan bahwa Bank Semesta milik pamannya, Om Liem, dinyatakan bangkrut dan akan ditutup. Thomas yang membenci pamannya tersebut karena suatu kejadian di masa lalu, harus terlibat dan bergerak membantu pamannya untuk lolos dari penangkapan polisi. Ia mau menolong pamannnya, karena ia yakin, melalui kasus ini, ia akan bisa menemukan kembali orang-orang dari masa lalu yang bisa menguak kenapa orang tuanya bisa termakan si jago merah.

Kejadian demi kejadian, Thomas berpikir cepat bagaimana ia dan Om Liem bisa meloloskan diri dari penangkapan polisi. Ada pertarungan-pertarungan dan strategi-strategi seru saat melarikan diri. Thomas juga harus memikirkan bagaimana caranya mengumpulkan informasi untuk menyelesaikan masalah Bank Semesta. Ia dikejar waktu. Waktunya hanya dua hari, sebelum Senin, hari yang dijadwalkan untuk mengumumkan penutupan Bank Semesta. Ia harus bertemu dengan orang-orang penting yang tepat dan mengumpulkan wartawan ekonomi profesional untuk mengubah paradigma yang menyatakan bahwa Bank Semesta harus ditutup. Ia harus terbang dan berpindah dari satu kota ke kota lainnya demi keberhasilan hal ini.

Thomas tidak sendiri, dia dibantu temannya di klub 'petarung tinju', sekretarisnya, nahkoda yacht-nya, bahkan jurnalis cantik yang baru dia kenal pun terlibat untuk membantunya. Namun, tidak semudah yang dibayangkan, masalah demi masalah datang, ia pun harus tertangkap beberapa kali, menghadapi situasi di ujung tanduk, dan akhirnya harus bertemu dengan orang-orang yang dibencinya dari masa lalu. Bagaimana nasib Thomas dan pamannya serta orang-orang dari masa lalu itu? Apakah Thomas berhasil menggagalkan penutupan Bank Semesta?

Semuanya terbatas oleh waktu, dan itu yang membuat ketegangan dalam membaca buku ini. Pemikiran cepat dan pengambilan keputusan yang tepat dari Thomas menambah ketertarikan sendiri. Lalu, banyak wawasan baru juga yang didapat dari buku ini, inilah nilai tambahnya. Salah satunya saja, ada tips untuk menanamkan ide di kepala orang lain dalam situasi frontal-percakapan terbuka, yaitu: dengan mengambil sisi terbalik dari ide yang ingin ditanamkan. Karena begini, orang yang telah berpihak pada suatu hal misalnya, ketika bergabung dengan percakapan pihak yang terlalu kasar, naif, terlalu menyerang, dan penuh kemarahan, secara tidak sadar akan mengambil posisi yang bersebrangan dari orang yang kasar/naif itu..dengan alasan tidak mau kalah, ingin terlihat bijak, dsb. Jadi, bila mengucapkan ide yang bersebrangan dengan ide yang mau disampaikan dengan marah/kasar/naif, orang yang diajak bicara malah berpikir/berbicara mengenai ide yang kita mau disampaikan dengan sendirinya.

Ada yang disayangkan juga, karena seiring dibaca cerita ini, sudah tertebak siapa yang menjadi pengkhianatnya dan tidak menjadi suatu kejutan lagi. Namun, setelah beberapa bab awal cerita, ada peristiwa Esmeralda Fernando yang bikin ngakak. Lalu, untuk ending-nya, ceritanya cukup ajaib juga. Pesan yang aku dapat dari buku ini, yaa, jangan rakus seperti bedebah. Kasih empat setengah bintang untuk buku ini. ^o^