Pages

Tuesday, December 29, 2015

Review Novel Bulan Karya Tere Liye

Novel Bulan - Tere Liye
Aku menyadari kalau gaya bahasa tulisan Tere Liye udah yang paling enak, sama seperti penulis Dale Carnegie, yang memakai kata-kata yang mudah dicerna. Akibatnya, aku sebagai pembaca, bacanya bisa cepet dan ga berhenti-henti. Meluncur bak perosotan di Ice World-nya Ancol. Di buku Bulan ini pun, Tere Liye memakai kata-kata yang ringan dan mudah dicerna. Aku serasa bener-bener dibawa ke dunia imajinasinya. Sukses berat. Udah fixed lah, memang favorit ku, Tere Liye ini.

Menurutku, cerita petualangan di buku Bulan ini merupakan gabungan macem-macem cerita. Maksudku di sini, ketika aku baca cerita Bulan ini, mengingatkan ku pada cerita novel atau film di tempat lain. Misalnya saja, menurutku, cerita Bulan ini seperti masuk ke dunia Hunger Games dan Charlie and the Chocolate Factory sekaligus. Sisinya Hunger Games-nya adalah ada semacem pertandingan fantasi dimana anak2 muda yang kuat mental dan kuat fisik harus bisa menemukan harta karun berupa bunga matahari yang pertama kali mekar di klan Matahari. Di sana, pemimpin klan tersebut adalah penyelenggara kompetisi tersebut dan hanya duduk menonton hasilnya. Kalau sisi Charlie and Chocolate Factory-nya, mungkin yang ini di cerita lain juga banyak, tapi aku membayangkan Charlie. Lalu, apanya yang terinspirasi dari cerita Charlie and Chocolate Factory? Yaitu, dari keajaiban-keajaiban yang cukup ajaib yang mengingatkan dengan petualangan Charlie, apalagi bila membayangkan air terjunnya. Entah kenapa inget air terjun coklatnya. Ataupun hewan-hewan fantasi nan unik. Satu lagi, saat melawan musuh besar terakhirnya, aku teringat Enel di One Piece karena kekuatan petirnya mampu membuatnya terbang. Ya tapi seru aja, jadi mengingat-ngingat berbagai cerita. Walau begitu, ceritanya 100% berbeda dan seru. Dan alur cerita perjalanan terakhirnya tidak gampang ditebak.

Cerita novel Bulan dimulai saat tiga orang anak yang punya kekuatan sedang menunggu kedatangan Miss Selena, karena Miss Selena akan membawa mereka berpetualang di klan Matahari. Tiga orang anak itu adalah Raib, Selly, dan Ali. Raib, seorang gadis remaja yang ternyata merupakan putri Klan Bulan,  mempunyai kekuatan bulan, yaitu untuk membaca tanda-tanda alam, untuk menghilang, untuk teleportasi (berpindah tempat secara cepat), dan masih banyak lainnya yang akan terungkap di buku Bulan ini. Anak kedua, bernama Selly, gadis remaja pula yang merupakan keturunan klan Matahari, mempunyai kekuatan petir dan memindahkan benda di sekelilingnya. Yang terakhir, Ali, pemuda bumi, punya kekuatan mengubah dirinya menjadi beruang besar dan dia yang paling punya otak yang encer dan wawasannya luas. Dia punya penjelasan ilmiah dari setiap fenomena yang terjadi saat berpetualang di klan Matahari.

Tiga anak ini dibawa ke klan Matahari dengan misi membangun persahabatan antara klan Matahari, Bulan, dan Bumi juga kali ya. Namun, begitu sampai di klan Matahari, "jeng jeng", mereka didaftarkan masuk ke suatu kompetisi tahunan untuk mencari tempat pertama kali bunga matahari akan mekar. Bunga Matahari ini punya kekuatan bisa memberikan kelimpahan ilmu dan teknologi maupun kekuatan amat dahsyat yang bisa disalahgunakan oleh orang yang rakus. Lalu, bagaimana cerita seru petualangan mencari bunga matahari ini yang dapat mempertaruhkan nyawa mereka? Yak, untuk lebih jelasnya, bisa baca langsung novel Bulan ini.

Faktor kenapa aku membeli novel Bulan ini adalah karena aku sukaa buku-bukunya Tere Liye, jadi udah terpercaya kualitas penulisan beliau. Apalagi, penerbitnya adalah Gramedia. Jadi, lebih terseleksi lagi kali ya. Lalu, sampulnya ini, aku banget, ada bunganya di padang rumput nan hijau dipadu-padankan dengan langit ungu dan merah muda. Walau aku belum baca buku pertamanya, "Bumi", tapi aku yakin, akan ada kilas balik nya. Jadi, aku tak perlu khawatir.

Setelah beres baca cerita Bulan ini, overall aku suka, karena aku jadi berimajinasi ke dunia fantasi. Ngangenin juga. Kalau dibuat filmnya, pasti keren banget yah, pakai teknologi CGI dan penuh efek-efek multimedia. Amin. Semoga saja, Indonesia mampu menciptakan film penuh efek multimedia, tapi keren dan smooth.

Nah, sekian dulu review novel Bulan karangan Tere Liye nya. Untuk berikutnya, nantikan review ku untuk Critical Eleven karangan Ika Natassa ya.

Thank u

Friday, December 25, 2015

Critical Eleven - Ika Natassa

What is critical eleven?
It is a novel written by Ika Natassa.
It takes concept from a flight, which is critical eleven that consist of three minutes after take off and eight minutes before landing. It is the most vulnerable situation at flight that almost 80% accidents happen in this situation. So, then pilot and co-pilot must fully concentrate at this eleven minutes. This critical evelen's concept inspired Ika Natassa to write the meeting of two human beings, Tanya and Risjad.

Tanya (woman) and Risjad (man) met on a plane where Tanya's seat was beside Risjad's. They were attracted to each other at the first sight. Then, Tanya accidentally placed her head on Risjad's shoulder when she fell asleep. And their conversation was begun, with their 'ackward' start. They found their chemistry at the beginning of three minutes like the beginning of tree minutes in critical eleven of flight. If in a short conversation, the beginning of three minutes is succeed, then the ending that consists of eight minutes is the most important part to make a short conversation memorable and pleasant. Yup, that was Tanya's thought and she felt she kindly wanted to find a good way to end their conversation. But, who would guess that Risjad would ask her phone number? It was a bonus for her. And their relationship grew and grew when they frequently made rendezvous and chatted each other. And they decided to get married. However, marriage was the perfect time when the conflict raising, right? And, yup, problem also came to their household. What is that? You can find out after you read this story.

Okay, then, what did I feel about this book?
Hmmm, this book's story is sad. I dropped tears when Tanya eventually tried to conquer her fears and accepted the hurting fact. Ika Natassa successfully affected my emotion. But, I thought I had a very big 'WhY'. Why they (Tanya and Risjad) didn't just share their feeling and their thought each other when it happened? At least, they could say sorry to end the conflict immediately. But, why they had to long their quiet situation? It made me kind of stifling hot while reading this story. Because I thought 'silence' wouldn't solve problems. They must talk in a warm and calm heart to have each other again. Yeah, I know, every person has their own character and own thought to react to their problem according to their background and to what kind of person they are facing to. And, after I thought again, I would also be silent if I had problem with my father. But, I will share my feeling and what is inside my mind with my boyfriend.

I love the plot of this story, clear in explaining both side of Tanya dan Risjad, and also the changing time, when Ika Natassa wrote the flashback story, is also smooth.

And, that's it my review and opinion about 'Critical Eleven'. Hope you like it. Thank you 😉

Saturday, December 19, 2015

Cerita Dibalik Lagu Bapa yang Kekal

Kamu tahu ga siapa penulis lagu Bapa yang Kekal? Hmm, aku juga baru tau kemarin ini. Julita Manik namanya. She was invited coming to Christmas Celebration 2015 at my office building, Wisma Milenia. She was adorable. She told us about her story that she had been used by God to tell God's glory at her almost-golden age.

Ceritanya begini, Kak Julita punya kerinduan untuk melakukan sesuatu buat Bapa. Beliau pun lalu mencoba untuk belajar musik (gitar) dan memulai untuk menulis lagu rohani di usia kira-kira 25 tahun. Ia bermimpi agar lagu rohaninya bisa direkam dan didengar di seluruh Indonesia. Satu per satu lagu ditulisnya, tapi ditolak. Gelisah juga ya saat itu, ia pun terus berdoa pada Tuhan. Sampai akhirnya lagu Bapa yang Kekal ini disetujui oleh produser lagu rohani. Namun, itu barulah awal perjuangannya. Beliau harus mencari penyanyi untuk membawakan lagunya. Terus menerus beliau cari. Tapi, tetap tidak menemukan yang berkenan. Akhirnya, beliau memutuskan ia saja yang nyanyi. 

Waktu itu, banyak yang bilang kalau dia terlambat. Dia terlambat karena dia memulainya di usia yang sudah tidak muda lagi, kira2 tiga puluh an. Kemungkinan untuk bersinarnya sedikit. Mentalnya diciutkan. Pernah juga, sewaktu ingin tampil di panggung, namanya hampir ga dipanggil sampai akhir acara. Padahal, ceritanya si, sanggulnya sudah ok punya, dan persiapan dandan dan penampilan sudah siap banget. Akhirnya, beliau tetap nyanyi, tapi sambil ditahan-tahan gitu biar ga menangis. Soalnya, sudah terlanjur sedih dan marah dan kecewa juga kali ya. Sempet curhat juga ke Tuhan, kenapa begini kenapa begitu.

Ada juga, sempat produsernya bilang agar liriknya lagu 'Bapa yang Kekal' tsb diganti. Seperti yang kita tahu, penggalan lagu tsb adalah: "Kau bri yang ku pinta, saat ku mencari, ku mendapatkan... ". Produser tsb bilang, Tuhan tidak selalu memberi yang kita pinta lho, coba dikoreksi saja. Tapi, kak Julita ini, tetap pada pendiriannya. Beliau sampai cek ayat di Alkitab lagi, takut salah. Tapi ternyata tidak. Memang begitulah yang tertulis di Alkitab, Injil Matius 7:7, yaitu:
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu. Carilah, maka kamu akan mendapat. Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." Daan, aku baru sadar, ternyata lagu-lagu rohani tidak jauh-jauh dari Alkitab. Ternyata, lagu Putri Sion di Puji Syukur juga, lirik lagunya ada di Alkitab ya.

Yak, akhirnya tetap menggunakan lirik itu. Dan, menurutku juga lebih bagus dengan lirik tsb. Alasannya, karena saat kita nyanyi lagu Bapa yang Kekal dengan lirik tsb, malah lebih berasa dan lebih menekankan suatu pengharapan dan keyakinan yang besar atas Juruselamat, Tuhan kita Yesus Kristus. Saat menyanyi, kita mengucapkan dan meyakinkan diri kita sendiri bahwa jangan sampai putus asa, sebab Bapa selalu ada bagi kita. Yes, it's a beautiful song!

Singkat cerita, akhirnya kak Julita dengan lagu Bapa yang Kekal naik daun dan berhasil bergema kemana-mana. Tuhan pun menyertai beliau untuk bersaksi kemana-mana. Hmm, dan karena umurnya yang cukup hampir 50 tahun sekarang, beliau bisa cerita ke berbagai kalangan. Kalangan muda dan kalangan opa-oma. Jadi macem dual degree gitu. Hebat yahh rencana Tuhan. Jadinya, beliau bisa membaur di berbagai umur.

Jujur, cerita kak Julita ini bener-bener memberi kekuatan dan pengharapan ke diriku, yaa karena pikiran negatif menghantuiku akhir-akhir ini. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih atas kesempatan untuk mendengar cerita kak Julita ini. Semoga Tuhan selalu menyertai kak Julita dimana pun ia berada. Amin.

Lirik Lagu Bapa yang Kekal

Kasih yang sempurna
Telah kut’rima dari-Mu
Bukan kar’na kebaikanku
Hanya oleh kasih karunia-Mu
Kau pulihkan aku, layakkanku
Tuk dapat memanggil-Mu, Bapa

Reff:
Kau b’ri yang kupinta
Saat kumencari kumendapatkan
Kuketuk pintu-Mu dan Kau bukakan
S’bab Kau Bapaku, Bapa yang kekal

Tak kan Kau biarkan 
Aku melangkah hanya sendirian
Kau selalu ada bagiku
S’bab Kau bapaku
Bapa yang kekal.